Garis Besar:
- Konsep Manusia
- Siapakah manusia?
- Persamaan dan perbedaan manusia
dengan makhluk lain.
- Eksistensi dan Martabat Manusia
- Tujuan penciptaan manusia
- Fungsi dan peranan manusia
- Tanggung jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah
- Tanggung jawab manusia sebagai
hamba Allah
- Tanggung jawab manusia sebagai
khalifah Allah
- Istilah-istilah Penting
- Roh bersifat azali: roh merupakan
wujud yang terbentuk secara abadi tanpa adanya permulaan.
- Biologis manusia: mempunyai
hubungan dengan ilmu pengetahuan tentang gejala hidup manusia dan hubungan
dengan sesamanya dan dunia di luar dari lingkungannya.
- Pembudayaan ilmu: proses memajukan
budaya/ilmu menjadi suatu kebiasaan yang mutlak.
- Memikul amanah: memikul kepercayaan/pesan
- Sasaran Pembelajaran
Setelah mempelajari tulisan ini Anda
dapat:
- Menjelaskan perbedaan pandangan al-Quran dengan
pendapat ulama Islam tentang konsep manusia.
- Melakukan ibadah dengan benar, karena memahami tujuan
penciptaan manusia adalah beribadah.
- Berpikir dan bersifat sesuai dengan fungsi dan peran
manusia menurut Al-Quran
- Berperilaku sesuai dengan tanggung jawab dirinya
sebagai hamba dan khalifah Allah.
A. Pendahuluan
Pada diri manusia terdapat perpaduan
sifat yang berlawanan, sesuai dengan nama dan sifat Tuhan yang berlawanan.
Manusia adalah hadits (baru) ditinjau dari segi badaniyahnya dan azali
dari segi roh Ilahinya. Dengan kata lain, jasad manusia adalah baru
sedangkan rohnya adalah azali. Oleh karena itu pada diri manusia
terdapat perpaduan sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Ketika Allah
menyaksikan kesombongan iblis, yaitu tidak mau sujud kepada Adam, dalam Q.S. 38
(Shaad):75 Allah berfirman:
tA$s% ߧÎ=ö/Î*¯»t $tB y7yèuZtB br& yàfó¡n@ $yJÏ9 àMø)n=yz £yuÎ/ ( |N÷y9õ3tGór& ÷Pr& |MZä. z`ÏB tû,Î!$yèø9$# ÇÐÎÈ
“Allah berfirman: “Hai iblis apakah
yang menghalangi kamu sujud kepada apa yang telah Aku ciptakan dengan kedua
tangan Ku? Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang
yang (lebih) tinggi? “
Kedua tangan dalam ayat tersebut,
menurut Ibn al-‘Arabi, adalah nama atau sifat Tuhan yang berlawanan, baik nama
aktif (al-asma’ al-fa’iliyyah) maupun nama reseptif (al-asma’
al-qabiliyyah). Nama aktif saling berlawanan seperti al-Anis (Yang
Maha Ramah) berlawanan dengan al-Haib (Yang Pemalu).
B. Konsep Manusia
Siapakah Manusia?
Kehadiran manusia pertama tidak
terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Asal usul manusia menurut
ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari teori tentang spesies baru yang
berasal dari spesies lain yang telah ada sebelumnya melalui proses evolusi.
Teori evolusi yang diperkenalkan Darwin pada abad XIX telah menimbulkan kepanikan,
terutama di kalangan Gereja dan ilmuwan yang berpaham teori kreasi khusus.
Apalagi setelah teori itu diekstrapolasikan oleh para penganutnya sedemikian
rupa, sehingga seolah-olah manusia berasal dari kera. Padahal Darwin tidak
pernah mengemukakan hal tersebut, walaupun taksonomi manusia dan kera besar
berada pada super famili yang sama, yaitu hominoidae.
Darwin mengetengahkan banyak fakta
yang nampaknya lebih berarti daripada pendahulunya. Darwin mengemukakan teori
mengenai asal-usul spesies melalui sarana seleksi alam atau bertahannya ras-ras
yang beruntung dalam memperjuangkan dan mempertahankan kehidupannya. Teori
Darwin memuat dua aspek. Aspek pertama bersifat ilmiah, namun ketika
diungkapkan dan dilaksanakan, ternyata aspek ilmiahnya sangat rapuh. Aspek
kedua bersifat filosofis yang diberi penekanan oleh Darwin sangat kuat dan
diungkapkan secara jelas. Teori evolusi tidaklah segalanya, bahkan Darwin
sendiri menyadari seperti diungkapkannya:
“Tapi aku mempercayai seleksi alam,
bukan karena aku dapat membuktikan, dalam setiap kasus, bahwa seleksi alam
telah mengubah satu spesies menjadi spesies lainnya, tapi karena seleksi alam
mengelompokkan dan menjelaskan dengan baik (menurut pendapatku) banyak fakta
mengenai klasifikasi, embriologi, morfologi, organ-organ elementer, pergantian
dan distribusi geologis.”
Evolusi manusia menurut ahli
paleontologi dapat dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan tingkat
evolusinya, yaitu:
Pertama, tingkat pra-manusia yang fosilnya ditemukan di Johanesburg
Afrika Selatan pada tahun 1924 yang dinamakan fosil australopithecus.
Kedua, tingkat manusia kera yang fosilnya ditemukan di Solo pada
tahun 1891 yang disebut pithecantropus erectus.
Ketiga, manusia purba, yaitu tahap yang lebih dekat kepada manusia
modern yang sudah digolongkan genus yang sama, yaitu homo walaupun spesiesnya
dibedakan. Fosil jenis ini ditemukan di Neander, karena itu disebut homo
neanderthalesis dan kerabatnya ditemukan di Solo (Homo soloensis).
Keempat, manusia modern atau homo sapiens yang telah pandai
berpikir, menggunakan otak dan nalarnya.
Mencari makna manusia dilakukan
melalui ilmu pengetahuan. Para ahli berusaha mendefinisikannya sesuai dengan
bidang kajian (obyek materia) ilmu yang digelutinya.
Membicarakan tentang manusia dalam
pandangan ilmu pengetahuan sangat tergantung pada metodologi yang digunakan dan
terhadap filosofis yang mendasari.
Para penganut teori psikoanalisis
menyebut manusia sebagai homo volens (manusia berkeinginan). Menurut
aliran ini manusia adalah makhluk yang memiliki prilaku interaksi antara
komponen biologis (Id), psikologis (ego), dan sosial (superego). Di dalam diri
manusia terdapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme
menyebut manusia sebagai homo mehanicus (manusia mesin). Behavior lahir sebagai
reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang menganalisis jiwa manusia
berdasarkan laporan subyektif) dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang
alam bawah sadar yang tidak tampak). Behavior menganalisis perilaku yang nampak
saja. Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil
proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek rasional dan
emosionalnya.
Para penganut teori kognitif
menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia berpikir). Menurut aliran ini
manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif
pada lingkungan, tetapi sebagai makhluk yang selalu berusaha memahami lingkungannya,
makhluk yang selalu berpikir. Penganut teori kognitif mengecam pendapat
yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak
mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir, memutuskan, menyatakan, memahami dan
sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.
Para penganut teori humanisme
menyebut manusia sebagai homo ludens (manusia bermain). Aliran ini
mengecam psikoanalisis dan behavionarisme, karena keduanya tidak
menghormati manusia sebagai manusia. Keduanya tidak dapat menjelaskan aspek
eksistensi manusia yang positip dan menentukan, seperti cinta, kreativitas,
nilai, makna, dan pertumbuhan pribadi. Menurut humanisme manusia berperilaku
untuk mempertahankan, meningkatkan dan mengaktualisasikan diri. Perdebatan
mengenai siapa manusia di kalangan para ilmuan terus berlangsung dan tidak
menemukan satu kesepakatan yang tuntas. Manusia tetap menjadi misteri yang
paling besar dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan sampai sekarang.
Konsep manusia dalam al-Qur’an
dipahami dengan memperhatikan kata-kata yang saling menunjuk pada makna manusia
yaitu kata basyar, insan, dan al-nas. Allah memakai
konsep basyar dalam al-Qur’an sebanyak 37 kali, salah satunya al-Kahfi:110,
yaitu: Innama anaa basyarun mitslukum
(Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Konsep basyar selalu
dihubungkan pada sifat-sifat biologis manusia, seperti asalnya dari tanah liat
atau lempung kering (al-Hijr:33; al-Ruum:20), manusia makan dan minum
(al-Mu’minuun:33). Basyar adalah makhluk yang sekedar berada (being)
yang statis seperti hewan.
Kata insan disebutkan dalam
al-Qur’an sebanyak 65 kali, di antaranya (al-Alaq:5), yaitu: ‘Allamal
insaana maa lam ya’lam (Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya). Konsep insan selalu dihubungkan pada sifat
psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu,
dan memikul amanah (al-Ahzab:72). Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming)
dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan. Kata al-nas disebut sebanyak 240
kali, seperti al-Zumar:27, Walaqad dlarabna linnaasi fii haadzal quraani min
kulli matsal (Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam al-Qur’an ini
setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada semua
manusia sebagai makhluk sosial atau secara kolektif.
Dengan demikian al-Qur’an memandang
manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan sosial. Manusia sebagai basyar tunduk
pada takdir Allah, sama dengan makhluk lain. Manusia sebagai insan dan al-nas bertalian
dengan hembusan roh Allah yang memiliki kebebasan dalam memilih atau tunduk
atau menentang takdir Allah.
Setiap manusia pasti memiliki
potensi-potensi yang bisa ia kembangkan menjadi suatu hal yang berguna bagi
dirinya maupun orang lain. Pada dasarnya manusia memiliki potensi yang bisa
membawanya menjadi manusia yang lebih baik ataupun menjadi manusia yang tidak
baik, tergantung upaya mereka untuk memaksimalkan potensi tersebut.
Karena manusia memiliki 2 unsur yang
berbeda yaitu unsur fisik dan psikis, maka dari itu potensi-potensi yang
manusia miliki akan berkembang pada 2 unsur tersebut. Selain potensi-potensi
yang dimiliki manusia, manusia juga memiliki sifat-sifat alami yang nantinya
akan menentukan akhir dari sebuah potensi yang dimiliki. Sifat-sifat tersebut
antara lain:
- Fitrah. Fitrah adalah penciptaan atau kejadian. Jadi, fitrah adalah anugrah yang telah diberikan oleh Allah kepada manusia sejak semula atau bawaan sejak lahir. Fitrah sangat mendukung sekali terhadap pengembangan potensi manusia yang nantinya berujung pada potensi yang positif. Hal tersebut bisa terjadi apabila manusia bisa memelihara dan mengembangkan potensinya secara baik. Namun jika manusia tidak bisa memelihara atau mengembangkan potensinya dengan baik, maka potensi yang dimilikinya akan cenderung membawa ke arah yang negatif.
- Nafs (Nafsu atau Jiwa) Nafsu adalah sisi dalam manusia yang berpotensi baik ataupun buruk. Nafsu diciptakan oleh Allah dengan tujuan menampung dan mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan (Shibab, 1996:286). Pada hakikatnya potensi positif manusia lebih kuat dari pada potensi negatifnya, namun kemauan untuk berbuat baik manusia lebih kuat dari pada kemauan untuk berbuat baik. Oleh sebab itu, manusia dituntut untuk memelihara kesucian daripada nafsu yang dimiliknya.
- Qalb (Hati) Banyak orang mengartikan qalb sebagai hati. Secara bahasa, qalb bermakna membalik. Qalb tidak konsisten karena ada baik dan buruknya pula. Baik dan buruknya sifat seseorang sangat ditentukan oleh qalbnya. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya diri manusia terdapat segumpal daging. Apabila (segumpal daging itu) baik, maka baiklah seluruh dirinya. Dan apabila buruk, maka buruklah seluruh dirinya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah qalb (hati).”
- Aql (Akal) Akal adalah sesuatu yang mengikat atau menghalangi seseorang agar tidak terjerumus kedalam kesalahan atau dosa. Harus ada keseimbangan antara kemampuan berpikir (akal) dengan dorongan moral agar menghasilkan sesuatu yang berguna.
Tujuan Penciptaan Manusia.
Tujuan hidup manusia adalah beribadah kepada Allah semata, sebagaimana dalam
QS. 51 (al-Dzariyaat): 56:
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
56.
dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.
Pengertian beribadah kepada Allah
tidak melulu hanya saat kita melakukan sholat atau dalam kalimat lain tidak
hanya berpatokan pada satu tindakan saja. Beribadah kepada Allah berarti kita
menjalankan segala sesuatu yang diperintahkan Allah dengan tidak melakukan hal-hal
yang dilarang oleh Allah SWT. Untuk itu kita harus melaksanakan apa yang
diperintahkan Allah dengan sungguh-sungguh dan ikhlas agar kita menjadi
khalifah di bumi ini yang bertugas untuk mengelola alam semesta.
Dengan demikian, tujuan manusia
diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah baik dalam bentuknya yang umum
maupun dalam bentuk khusus. Ibadah dalam bentuk umum ialah melaksanakan hidup
sesuai ketentuan-ketentuan Allah, sebagaimana diajarkan al-Quran danSunnah
Rasul. Ibadah dalam pengertiam umum mencakup segala macam perbuatan, tindakan
dansikap manusia dalam hidup sehari-hari. Sedangkan ibadah dalam bentuk khusus
(mahdhah) yaituberbagai macam pengabdian kepada Allah yang cara melakukannya
sesuai dengan ketentuansyara.Dalam bidang aqidah, fungsi manusia terhadap Allah
adalah meyakini bahwa tiada Tuhan yangberhak disembah melainkan Allah. Bertuhan
kepada selain Allah berarti suatu penyimpangan darifungsi manusia terhadap
Allah. Bertuhan kepada Allah adalah sesuai sifat dasar manusia yaitu
sifatrelegius, tetapi sifat "hanief"
yang ada pada manusia membuat manusia harus condong kepadakebenaran yaitu
mentauhidkan Allah.
Fungsi dan Peran Manusia.
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang memiliki kelebihan
dibandingkan dengan makhluk lainnya. Untuk itu, Allah memberikan tugas kepada
manusia untuk menjadi khalifah atau penguasa di bumi ini. Khalifah di sini
berarti manusia bertugas untuk mengelola dan mengendalikan segala sesuatu yang
ada di muka bumi. Di samping itu, manusia juga dituntut pertanggung jawaban
atas segala sesuatu yang dilakukannya di dunia. Itulah sebabnya apabila manusia
melakukan pelanggaran atau menyimpang dari aturan Allah, maka ia akan
mendapatkan hukuman di akhirat kelak.
Sebagai manusia yang bertugas
mengelola segala macam urusan yang ada di muka bumi, maka manusia diwajibkan
untuk melakukan tindakan-tindakan yang berguna bagi semua makhluk yang ada di
muka bumi. Untuk itu setiap ketika kita ingin mengawali segala aktifitas,
hendaklah kita membaca basmalah
terlebih dahulu agar apa yang kita kerjakan mendapatkan ridho dari Allah SWT.
Sumber: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama RI,. Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. (Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama RI, 2004).